Wuiiiih,,udah lumayan lama gue ga menjejali blog ini
dengan tulisan gue.. Entah ada yang kangen or ga dengan gue,karena gue emang
udah jarang banget ngeblog sekarang ini…Jadi ceritanya hari ini gue ngupdate
postingan gue lagi,,dan ini sungguh tak biasanya,,karena ini bukan jam
galau’nya mahasiswa dan rakyat dunia maya, ini tengah hari bolong yang udah
ditambal di dokter gigi.. #Abaikan
Sesuai judul gue mau ngebahas “Nasehat dan
Menasehati”, mungkin lebih baiknya gue beri definisinya dulu nih biar lebih
terstruktur.. #SejakKapanGueNulisBlogTerstruktur.?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga
pemberian keluarga gue beberapa tahun yang lalu.. Nasehat itu artinya Nasihat..
Lho.??? Gue jadi bingung sendiri, bukannya waktu masih sekolah kalo ada soal
tentang EYD, jawaban yang dibenarkan adalah ‘nasehat’ dan ‘nasihat’-pun
akhirnya disalahkan, tapi kenapa di kamus ini jadi begitu, apakah gue mesti
ngeupgrade kamusnya jadi versi terbaru, apa di edisi terbaru kata ‘nasihat’
udah dihapus. Mungkin guru2 or dosen2 or yang punya kamus bahasa Indonesia edisi
terbaru yang kebetulan kesasar di blog gue bisa menjawabkan.
Akhirnya gue putuskan untuk mencari kembali kata
‘Nasihat’ dan inilah definisinya (1) ajaran atau pelajaran baik, anjuran (petunjuk,
peringatan, teguran) yang baik; (2) ibarat yang terkandung di suatu cerita dsb.
Sedangkan menasehati itu sebuah kata kerja yang berarti memberi nasihat
kepada….
Udah jelas kan definisinya,?? Kalo gitu qta lanjut..
Yaaah selagi qta kecil bahkan hingga sekarang udah
segitu banyaknya nasehat2 yang telah kita terima, baik itu dari ortu, keluarga,
saudara, kerabat dan lain-lain. Saking banyaknya mungkin qta tak bisa
menyebutkan udah berapa nasehat yang pernah qta terima… Sepertinya pembaca
mulai ingin mematahkan kalimat gue dengan menghitung jumlah nasehat yang pernah
diterimanya tapi akhirnya lupa juga #Abaikan
Mungkin sebagian dari qta sudah sering mendengar
nasihat seperti ini..
“Jika kau lapar, maka makanlah, jika tak ada uang
untuk membelinya maka berusahalah dengan bekerja atau minimal berhutang pada
teman.”
Atau nasehat lain.
“Makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum
kenyang”
Atau
“Ketika
datang rasa kantuk prioritaskan tubuh dan pikiran untuk istirahat dan tidur.”
Itu adalah salah sedikit contoh nasehat yang benar2
gue akui keberadaannya.
Menurut gue nasehat itu turun temurun. Nenek
menasehati Ibu dan Ibu menasehati anaknya. Dan begitulah seterusnya..
Tapi yang terlintas di otak gue adalah Bagaimana jika
ditengah perjalanan turun temurun itu ada sedikit gangguan yang akhirnya
berdampak pada perubahan nasehat. Yaaah mungkin saat ini belum terasa
perubahannya, tapi gue rasa mulai dari saat inilah nasehat2 itu akan berubah.
Kebayang ga, kala generasi saat ini udah menjadi ortu
dan menerima tongkat estafet sebagai pemberi nasehat bagi keturunannya. Kalo
menurut prediksi gue, nasehat yang akan diberikan nantinya kurang lebih seperti
ini :
“Jika kau lapar maka Menge’Tweet’lah, jika tak ada
pulsa, maka pinjamlah HP teman ! Menge’Tweet’lah !!! Menge’Tweet’lah!!!”
Atau
“Menge’Tweet’lah sebelum makan dan teruslah Menge’Tweet setelah kenyang.”
Atau
“Menge’Tweet’lah sebelum dan sesudah makan.”
Atau
“Ketika datang rasa kantuk, prioritaskan tubuh dan
pikiran untuk merangkai kata dan Menge’Tweet’lah!!!”
Bahkan yang bagi gue lebih ekstrim adalah
“Kala kau merasa pikiran dan hatimu sedang tak
karu-karuan maka Menge’Tweet’lah…”
Udah tau’kan maksud postingan gue, Di zaman modern
seperti sekarang, dengan hadirnya social media maka entah ada peraturan dari
mana setiap pemilik akun akan merasa punya sebuah hak, hak kebebasan mengumbar
kata, dan bahkan yang paling memprihatinkan bagi gue adalah kadang kata itu ga
disaring terlebih dahulu, Jujur gue lumayan sering memutuskan hubungan
pertemanan di sosmed hanya karena status or tweetnya menurut gue kurang pantas.
Tak peduli labelnya sebagai selebnya dunia maya dengan jumlah like or RT yang
banyak…
Dan sepertinya sesuai prediksi gue,, kata “MengeTweetlah” akan benar2 menjadi
nasehat ulung nantinya,,,
Sekarang udah dibagian penutup dari postingan gue, mungkin
akan lebih enak klo gue tutup dengan sebuah kata2 alakadarnya..
“Qta hidup di dunia hanya sementara apalagi hidup di
dunia maya.. Sosial media emang kadang membuat qta lupa akan pentingnya
menghadapi realita.. tapi bijaksanalah dalam mengumbar kata.”
Semoga qta semua termasuk gue bisa meresapi dan
mengamalkannya.
Sekian dari gue, Semoga bermanfaat dan Terima Gajih #Eh ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar